Skip to main content

Tiangong-1 Bakal Jatuh Ke Bumi


Science Insider - Hallo sore guys, bagaimana aktivitas kalian hari ini? Lancar saja bukan? Mimin harap begitu. Menemani waktu sore kalian mimin bawa berita tentang Tiangong-1 nih, satelit buatan tiongkok yang diperkirakan akan jatuh dalam waktu sebulan.

Stasiun luar angkasa ini dibangun oleh China National Space Administration (CNSA) pada tahun 2011. Tiangong-1 merupakan sebuah prestasi besar Tiongkok di luar angkasa. Laboratorium pengorbit Bumi berukuran panjang 10 meter tersebut diluncurkan sebagai batu loncatan menuju sebuah stasiun luar angkasa besar modular Tiongkok.

Secara mengesankan, Tiangong-1 mendemonstrasikan teknologi pertemuan atau docking sebanyak enam kali dengan wahana antariksa Shenzhou-8 dan Shenzhou-9 antara tahun 2011 dan 2013. Tiangong-1 bahkan pernah dihuni tiga orang astronot Tiongkok, termasuk astronot wanita pertama Tiongkok di luar angkasa, Liu Yang, pada bulan Juni 2012.

Namun, ketika CNSA memulai pembangunan Tiangong-2 pada tahun 2016, stasiun luar angkasa Tiangong-1 bukan lagi menjadi prioritas utama bagi para ilmuwan Tiongkok. Hal inilah yang akhirnya membuat Tiangong-1 ditinggalkan begitu saja.

Dilansir laman resmi European Space Agency (ESA), para ilmuwan memperkirakan bahwa Tiangong-1 memiliki waktu sekitar satu bulan dari sekarang sebelum akhirnya kembali ke permukaan Bumi. Diperkirakan, jatuhnya Tiangong-1 akan terjadi di antara tanggal 29 Maret hingga 9 April 2018 mendatang.

Walaupun kita tahu bahwa Tiangong-1 akan jatuh ke Bumi, namun para ilmuwan masih sulit untuk memastikan di mana tepatnya Tiangong-1 akan jatuh. Informasi dari Popular Mechanics mengatakan, Tiangong-1 akan jatuh "di manapun pada area yang berada di antara 43ºLU hingga 43ºLS".

Dengan kata lain, Tiangong-1 bisa jatuh di Amerika Utara maupun Selatan, atau bisa juga di Australia, Selandia Baru, Timur Tengah, Asia, dan termasuk di negara pemiliknya, Tiongkok. Intinya, kita sama sekali tidak tahu di mana stasiun luar angkasa akan mendarat nantinya.

Ketidakpastian ini tidak akan menjadi masalah apabila Tiongkok telah membangun sistem laser yang bisa menembaki sampah antariksa buatan manusia yang jatuh kembali ke Bumi, tapi sayangnya, sistem laser yang mengagumkan ini belum diciptakan. Oleh karena itu, kita harus berjaga-jaga mengamati langit.

Walau terdengar menakutkan, Anda mungkin tidak perlu terlalu khawatir akan benda antariksa yang jatuh. Outer Places menjelaskan, mayoritas sampah antariksa seperti ini akan terbakar saat mereka melewati atmosfer, mirip seperti meteor. Dari yang tadinya besar, karena terbakar, sebuah sampah antariksa sudah bisa begitu kecil saat mencium permukaan Bumi.

Sampai artikel ini diterbitkan, hanya ada satu kasus yang dilaporkan seseorang yang tertimpa oleh sepotong sampah antariksa. Seseorang itupun tidak tertabrak dengan keras sehingga tanpa mengalami luka serius.

Comments

Popular posts from this blog

Kru Baru Di ISS

Science Insider - CIMON Bakal Menjadi Kru Baru Di Stasiun Luar Angkasa Internasional Apa itu ISS? ISS merupakan stasiun ruang angkasa internasional yakni sebuah fasilitas riset internasional yang diluncurkan di orbit Bumi. ( http://www.tribunnews.com/iptek/2010/09/24/apa-itu-iss ) CIMON, semacam alat tiga dimensi yang terbuat dari logam dan plastik dengan bentuk bola. Oleh perancangnya, CIMON dijuluki sebagai “otak terbang”. Bobotnya 5 kg. Pembuatan CIMON merupakan hasil kerja sama antara Airbus dengan IBM selaku penyedia teknologi AI (Artificial Intelligence). Untuk mempermudah interaksi antara CIMON dengan para astronot, CIMON dibekali kemampuan untuk merespons suara dan wajah para astronot. Dalam "tubuh" CIMON juga terpasang layar yang menyediakan data-data penting bagi astronot. Keahlian lain CIMON adalah sanggup melayang bebas di ISS yang nir-gravitasi. Kecerdasan buatan yang disematkan pada CIMON sangat mirip dengan cara kerja otak manusia. CIMON memilik...

86 Tahun Konflik Kashmir

Science Insider - Kashmir adalah wilayah yang berlokasi diantara India, Pakistan, Afghanistan, dan Tiongkok. Dengan populasi sebanyak 13 juta penduduk, wilayah seluas 222,000 km2 tersebut memiliki beragam budaya dan agama. Walaupun demikian, pada mulanya, mereka hidup tentram. Hingga di akhir penjajahan Britania pada tahun 1846, Kerajaan Britania menjual wilayah Kashmir kepada Maharajah Ghulab Singh, yang kemudian membangun kerajaan mencakup wilayah Jammu dan Kashmir dengan dirinya sebagai raja pertama di wilayah tersebut. Beliau diketahui memerintah secara tirani dan opresif. Setelah kematiannya di tahun 1857, Ghulab digantikan oleh penerusnya, Maharajah Hari Singh. Beliau memiliki gaya kepemerintahan yang serupa dengan Ghulab, dan menjabat hingga 1949. Di masa akhirnya, tepatnya tahun 1947, Hari Singh dihadapkan dengan dua pilihan; untuk bergabung dengan India atau dengan Pakistan. Hal ini disebabkan oleh pembagian wilayah Asia Selatan oleh Kerajaan Britania yang memisahkan Ind...